Dari Oktober tahun lalu (kalo tak salah ingat), bacaan Ina adalah sebagai berikut :
- Negeri Van Oranje (gara-gara ada yang pesen edible image cover buku ini)
- 5 cm (tertarik baca sesudah lihat komentar di wall fesbuk orang---- yang ternyata mohon maaf, buat Ina tidak semenarik komen orang itu)
- Negeri 5 Menara (gara-gara baca status orang baca buku ini)
- Eat, Pray and Love (karna Julia Roberts yang akan jadi pemeran utama filmnya)
- TNT 2, (mmm..siapa sih yang gak jatuh cinta dengan buku ini? Siapa coba siapaaa...gak normal..huahahaha...)
- Traveler’s Tale, Belok kanan : Barcelona (dipinjemin sama bunda gurunya Aliif)
Benang merah dari buku-buku tadi buat Ina adalah satu hal : PERJALANAN.
Kelar baca buku yang terakhir, ada yang mengganggu rasanya. Sedih sedikit. Gak tau kenapa. Tapi sederhana saja bisa dibilang keresahan ibu rumah tangga berbuntut satu yang gak bisa jalan-jalan keluar negeri. Huahahahaha.
Waktu curhat dengan sahabat baik, beliau bilang, “Keinginan Terpendam”
Mungkin ya. Mungkin bertahun lalu, Ina pernah bermimpi untuk bisa bertualang keliling dunia, memperoleh pengalaman ke dunia baru yang jauh dari kampung Ina.
Di masa sekarang, kegiatan yang Ina sebut bertualang adalah mencari lumut sambil berpura-pura ada ikan sedang berenang di selokan yang dalamnya tidak lebih dari 10 cm. Petualangan bersama anak kecil umur 3 tahun yang sudah berbinar-binar kalo diajak beli telor ke warung.
Tapi, sebenarnya juga gak yakin, emang sanggup bertualang ala backpacker seperti yang diceritakan buku-buku itu ? (kecuali Eat, Pray and Love ya...soalnya pengarang buku EPL adalah penulis buku terkenal yang perjalanannya itu dibiayai penerbitnya. Nikmatnya). Yang paling membuat salut adalah kenekatan tokoh-tokoh di buku tersebut (terutama Triniti) untuk bertualang low budget. Tidur di hostel. Sekamar dengan pemabuk. Whoa. Tak terbayang.
Pengakuan dosa dimulai. Waktu terakhir liburan ke Bandung yang cuma sepelemparan upil sahaja dari Jakarta, Ina yang sampai di Bandung jam 8 malam, memaksa Emmas yang tercinta untuk pindah dari penginapan yang Emmas pilih. Alasan Ina sederhana dan sumpah gak dibuat-buat. Ga sreg dengan penginapan pertama. Spooky, remang-remang, gak nyaman, sprei lusuh, kamar mandi gak bisa dikunci (padahal siapa juga yang mo ngintip). Menurut Emmas, toh cuma satu malam. Sebentar pula, besoknya juga gak disitu lagi. Kita juga akan ngabisin waktu dengan jalan-jalan. Buat Ina, gak mauuuuuuu.
Jam 10 malam, kami gotong-gotongan ransel pindah tempat. Me always win. Emmas yang baik itu selalu mengalah.
Ada yang bilang Ina manja? Ga bisa diajak susah?
Biarin.
Ina pernah mengalami naik kapal laut gak dapet tempat di dalam kapal, trus terpaksa tidur di bawah sekoci nangkring. Pemandangan pertama kalo nengok ke kiri adalah ombak laut. Eksotis? Nggak, mabuk darat seminggu. Masuk kamar mandi rumah sodara Ina, rasanya masih goyang-goyang.
Sudah baca salah satu buku Andrea Hirata tentang pengalamannya naik Kapal Lawit? Turun tangga kapal di tengah-tengah laut? Itu sudah Ina alami berkali-kali. Adek Ina malah pernah hilang sendal di tengah-tengah tangga. Seru? Degdegan tau.
Ina juga pernah pulang kampung satu hari sebelum lebaran lewat jalan darat. Ke Kp. Rambutan, sampai di terminal dengan tas besar gelandutan di punggung rebutan bus tujuan Merak. Dari Merak naik kapal cepat tujuan Bakauheni. Dari Bakauheni naik mobil carteran ke Tj. Karang. Di Tj. Karang menunggu dari jam 1 siang sampai jam 7 malam, trus naik kereta ke Palembang. Dari Stasiun Palembang naik mobil ke terminal Boom Baru (di jalan melihat dengan tatapan merana ke arah masyarakat Palembang yang berduyun-duyun Sholat Ied di Masjid Agung), untuk kemudian naik kapal jetfoil tujuan Mentok. Keren? Iya sih. Saat itu. Tapi coba bayangkan perjalanan balik dari Mentok ke Jakarta lewat jalur yang sama. Perjalanan terlihat lancar, sampai di stasiun Palembang. Ternyata gak dapet tiket duduk. Dapetnya tiket ekonomi tanpa nomer kursi. Yang artinya, harus duduk dan tidur (dalam posisi duduk) selama 12 jam di lantai kereta. Dari mulai duduk gagah berwibawa sampai duduk letoy tanpa daya, bersama ratusan penumpang bernasib sama.
Hebat ya. Itu dulu, sebelum punya Aliif. Sesudah merasakan melahirkan, tiba saatnya untuk berkata, oke...cukup. Saatnya merasakan kenikmatan. Karna hidup cuma sekali, sudah waktunya dinikmati.
Jadi, kalo suatu saat akan liburan, sepertinya banyak yang harus dipertimbangkan. Kalo soal makan masih bisa kompromi deh. Tapi kalo sudah bicara soal tidur dan istirahat, bener-bener harus nyaman buat Ina. Biarpun itu berarti harus nabung lama supaya bisa dapat menikmati liburan sesuai harapan. :)
Bukan begitu teman? Atau beda menurutmu?
